Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera ,
SekWil SAGIN Sumatera Utara dan Aceh
=======================================
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
DALAM Anguttara Nikaya (VII, 70), Sutta Pitaka, Buddha mengatakan kepada para Bhikkhu: “Dahulu kala, hiduplah seorang guru agama bernama Araka, yang bebas dari nafsu indera. Araka mempunyai beratus-ratus murid. Inilah doktrin yang diajarkan oleh Araka kepada murid-muridnya”: “Sungguh pendek kehidupan manusia, para brahmana, sungguh terbatas dan singkat. Kehidupan ini penuh dengan penderitaan, penuh dengan pusaran. Hal ini harus dipahami dengan bijaksana. Orang harus melakukan hal yang baik dan menjalani kehidupan yang murni. Tak seorang pun yang pernah terlahir dapat lolos dari kematian”.
Dalam cerita diatas telah dikatakan hidup ini sesungguhnya sangatlah singkat dan tak seorangpun terhindar dari kematian oleh karena itu marilah dengan sesingkat ini kita manfaatkan sebaik-baiknya, maka dari itu buatlah hidup ini benar-benar hidup, yaitu benar-benar mengarahkan hidup ke saat ini dimana jasmani dan batin kita sejalan sesuai apa yang telah dilakukan, jangan buat hidup dimasa lalu atau hidup di masa depan menguasai diri kita saat ini,
Yang dimaksud hidup di masa lalu adalah dimana permasalahan-permasalahan dan kenangan-kenangan dimasa lalu menguasai diri kita saat ini, itu telah berlalu dan itu sudah lewat, jika kita masih tetap membawanya sampai saat ini maka kita bagaikan hidup dimasa lalu tanpa menyadari kehidupan saat ini.
Begitu juga dengan hidup dimasa yang akan datang ini juga perlu dihindari, dengan berhayal bermimpi disiang bolong, mengandai-andai tanpa memperhatikan saat ini apa yang sedang dikerjakan, maka ini juga tidak akan mengetahui dengan jelas apa sesungguhnya kehidupan saat ini, janganlah sampai ketika kita sedang makan tetapi pikirannya berada dikerjaan, ketika sedang dikerjaan pikirannya menghayal diluar dari pekerjaan, saat menjelang tidur pikirannya berada diluar tempat tidur, jika ini bisa dihindari maka kita akan merasakan benar-benar hidup disaat ini.
Tetapi ketika kita mampu mengarahkan pikiran dengan jasmani sejalan tanpa bertentangan, maka ini akan menimbulkan kebahagiaan karena ini akan benar-benar merasaak kehidupan saat ini, yang dimaksud tanpa bertentangan adalah, dimana ketika kita sedang makan maka pikiran benar-benar mengarah kemakanan, ketika jasmani sedang bekerja pikiran benar-benar berada didalam pekerjaan, ketika menjelang tidur pikiran ini benar-benar diistirahatkan sesuai keinginan jasmani, dengan cara-cara seperti inilah kita akan benar-benar merasakan sesungguhnya kehidupan saat ini.
Tentu mengarahkan cara berpikir sejalan dengan perbuatan yang dilakukan jasmani ini harus dilatih dengan hal-hal yang baik agar pikiran ini menjadi lebih tenang dan bijak, dengan sesering mungkin melakukan kebajikan ini adalah cara termudah membawa diri kita akan menjadi lebih baik, berbuat kebajikan kita bisa melakukan dimana aja dan kapan aja, tanpa harus menunggu memiliki kesempata yang besar karena sekecil apapun kebajikan yang kita lakukan akan sangat besar manfaatnya.
Buddha sendiri juga telah mengakui bahwa kebajikan ini akan sangat bermanfaat meskipun itu kecil, seperti apa yang telah diuraikan di Dhammapada syair 122: “mavamannetha punnassa, na mam tam agamissati, udabindunipatena, udakumbhopi purati, dhiro purati punnassa, thokam thokampi acinam. Jangan meremehkan kebajikan (meski pun kecil) dengan berkata, “Itu tak akan berakibat apa-apa bagiku.”
Seperti tempayan akan penuh oleh air yang jatuh menetes, begitu pula orang bijaksana memenuhi dirinya sedikit demi sedikit dengan kebajikan.” inilah yang harus dikerjakan dalam kehidupan saat ini dimana saat kita berkatifitas sesuai dengan apa yang ada didalam pikiran kita dengan demikian akan sangat besar manfaatnya demi kebahagiaan kita.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu
Artikel ini telah terbit di Harian Analisa pada Kamis, 20 Desember 2018