Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera
SekWil SAGIN Sumatera Utara dan Aceh
==================================================
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Makhluk manapun juga tentu memiliki kehidupan, dan kehidupan akan selalu berjalan silih berganti entah kapan itu perubahannya, seolah olah kita tidak mengenalinya walapun sesungguhnya itu ada berada disetiap makhluk, begitu juga dengan kita sebagai manusia tidak luput dari perubahan yang mungkin tidak kita sadari, kadang senang kadang menderita, kadang untung kadang rugi, lahir dan mati yang tidak pernah diketahui kapan itu datang dan pergi. Dan lebih menderitanya lagi ketika datang penderitaan selalu menyalahkan siapa yang membuat diri kita menderita.
Perjalanan hidup kita sesungguhnya kita sendirilah yang menentukan, kita mau bahagia atau sebaliknya, dalam bahasa pali disebut kamma yang berarti segala bentuk perbuatan yang didasari oleh kehendak, yang baik maupun yang buruk yang dilakukan melalui ucapan, perbuatan maupun pikiran, baik itu perbuatan bermoral maupun yang tidak bermoral.
Dalam Angutara Nikaya III: 415, Buddha pernah berkata bahwa :
“Kehendak untuk berbuat (cetana) itulah yang Aku namakan kamma.
Sesudah berkehendak, orang lantas berbuat dengan badan jasmani, perkataan, dan pikiran.”
Kamma adalah hukum tersendiri dan tidak ada sang pemberi hukuman. Kamma bekerja dengan sendirinya tanpa campur tangan sosok pengatur eksternal. Dan kamma bisa terjadi bisa dilakukan karena ada kehidupan dan kehidupan suatu makhluk termasuk kita sebagai manusia ini lah yang menciptakan kamma dengan perbuatannya sendiri yang didasari oleh kehendak. kamma bukan ditakdirkan atau ditentukan kepada kita oleh suatu kekuasaan di mana kita hanya dapat pasrah dan tanpa daya.
Dalam Samyutta Nikaya I:293, Buddha juga pernah menyebutkan:
“Sesuai benih yang ditabur, begitulah buah yang akan dipetiknya.
Pembuat kebaikan akan mendapat kebaikan.
Pembuat kejahatan akan mendapat kejahatan pula.
Taburlah biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah-buah daripadanya.”
Perjalanan hidup kita sendirilah yang menentukan kebahagiaan ataupun penderitaan bukanlah suatu wujud, melainkan suatu proses dari perbuatan itu sendiri, dengan berbuat baik maka kebaikan, kebahagiaan akan datang kepada kita sekarang atau sesudahnya. Jika berbuat buruk maka kejahatan, penderitaan akan datang kepada kita sekarang atau sesudahnya. Kamma juga bisa disebut sebagai hukum sebab dan akibat. Setiap sebab mempunyai akibat. Seperti hukum fisika mengenai aksi dan reaksi. Sebagian orang menafsirkan kekuatan ini sebagai aksi-pengaruh. Dan ini pasti akan terjadi entah kapanpun itu setiap perbuatan pasti akan menuai akibatnya, makhluk apapun itu termasuk kita tidak mungkin bisa menghindar dari akibat apa yang pernah diperbuat, seperti apa yang telah ditegaskan oleh Buddha sendiri di dalam Dhammapada 127 : Na antalikkhe na samuddamajjhe, na pabbatanam vivaram pavissa, na vijjati so jagatippadeso, yatratthito mucceyya papakamma. (“Tidak di angkasa, tidak ditengah lautan atau pun di dalam gua-gua gunung, tidak di mana pun seseorang dapat menyembunyikan dirinya dari akibat perbuatan-perbuatan jahatnya.”)
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu