Oleh: Bhikkhu Thitavamso Thera
SekWil SAGIN Sumatera Utara dan Aceh
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Kehidupan yang kita alami setiap saat akan mengalami perubahan, dan perubahan itu ada terdiri dua sudut, sudut baik dan sudut jelek. Seni kehidupan menghadapi perubahan setiap saat yang terjadi adalah bagaimana kita selalu melalui setiap perubahan ini dari sudut pandang yang menyenangkan, sehingga ketika bertemu dengan yang disenangi akan bahagia dan berpisah dengan yang disenangi pun tetap tidak akan menderita. Ini lah yang harus kita buat dalam seni kehidupan kita.
Letak kebahagiaan itu sesungguhnya tergantung dari pola pikir kita. Untuk menyikapi perubahan itulah yang membuat kita bahagia atau menderita. Hidup selalu berubah, tapi pola pikir kita untuk menghadapi perubahan itulah yang paling terpenting. Seni kehidupan menyikapi perubahan adalah bagaimana kita selalu bahagia menghadapi setiap perubahan. Bagaikan seni pembuat patung dari kayu ataupun lukisan di kain kanvas, diawali dari goresan, dari coretan tinta yang pada awalnya tidak terbentuk yang indah, tetapi di dalam pola pikir sang seniman sudah terlintas keindahan apa yang akan dipahat atau yang akan dilukisnya walau diawali dari goresan, dengan goresan-goresan itulah akan menjadi seni yang indah apabila setiap perubahan goresan selalu terlintas dalam pikirannya tentang keindahan apa yang akan dibuatnya.
Oleh karena itu agar kehidupan ini menjadi seni yang indah perhatikanlah pola pikir kita setiap saat, jangan sampai lengah apa lagi tergiur atas apa yang terjadi baik itu keindahan ataupun keburukan yang terjadi didalam kehidupan kita, karena dengan memperhatikan pola pikir tanpa goyah maka kebijaksanaan lambat laun akan terbentuk didalam diri kita. Sesuai dengan apa yang telah tertuang didhammapadaathagata Citta Vagga 33; “Phadanam capalam cittam, durakkham dunnivarayam, usukarova tejanam. Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap, sulit dijaga dan sulit dikuasai, namun orang bijaksana akan meluruskannya, bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panahnya”.
Jadikanlah segala apa yang terjadi baik suka ataupun duka kehidupan ini sebagai pelajaran untuk meninggkatkan kualitas diri dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Bagaikan seniman dari awal coretan dimulai ia sudah merasa bahagia karena ia melihat masa mendatang yang dicoret-coret ini akan menjadi indah, dan hasil akhir yang merasa apa yang dilihat indah juga dirasakan oleh orang lain yang melihatnya juga, begitulah seharusnya kehidupan kita jalani, Kalau kita merasakan kebahagiaan di segala segi kehidupan, kita mampu selalu tersenyum. Kita juga bisa menularkan ‘virus’ senyuman kepada keluarga, kepada siapapun yang berada disekeliling kita. Dan semakin banyak orang mempunyai seni kehidupan menghadapi perubahan. Tentu saja akan semakin banyak orang yang tersenyum dalam masyarakat. Dengan demikian, terwujudlah masyarakat yang ramah dan penuh senyum dan akhirnya akan menjadi indah untuk semuanya.
Sabbe satta bhavantu sukhitatta, semoga semua makhluk berbahagia.
Sadhu Sadhu Sadhu.